Sunday, June 25, 2006

@ 021 : Pe Er Je

Tujuh tahun di Jakarta baru tiga tahun yang lalu aku melihat Pekan Raya Jakarta (PRJ), sebuah pesta kota yang diperuntukkan bagi warganya. Waktu itu aku masih tercatat sebagai mahasiswa di sebuah perguruan tinggi swasta. Berawal dari ajakan teman, dengan motor baruku kita konvoi ramai-ramai ke PRJ, kenangan yang indah masa kuliah tentu saja.

Semenjak itu, hampir setiap tahun ku kunjungi PRJ, kebetulan sekarang lokasinya deket dengan kos, semakin mudah tentu saja. Hal ini tak terasa telah membawaku pada rasa ketagihan. Jenuh terhadap rutinitas yang mendehumanisasi membuatku haus hiburan yang bermutu dan murah. Berbaur bersama arus bawah sambil menikmati tontonan yang ada mengingatkanku pada wayang kulit, layar tancap dan bazar malam yang sering aku konsumsi sewaktu kecil.

Tidak ada yang berubah dari PRJ kali ini kecuali tertentu. Yang aku rasa lebih nyaman adalah parkir yang lebih baik, tidak macet dan aman. Sementara itu, di dalam area PRJ ada bangunan taman yang asri, sejuk dengan danau buatan, replika monas, pohon-pohon yang rindang lengkap dengan lampu hias membuat suasana harmoni dan menimbulkan ketenangan. Taman tersebut jelas ditata dengan seni bangunan yang memperhatikan estetika.

Tiket masuknya adalah 16 ribu untuk hari Sabtu dan Minggu sementara tiket parkir motor tiga ribu untuk selamanya. Parkir motor kali ini menggunakan kartu barcode dan harus membawa STNK, penjaganya banyak dan resmi, area parkirnya luas, benar-benar aman dan nyaman.

Selain taman yang harmoni, kita juga bisa melihat panggung musik, layar lebar untuk nonton bareng piala dunia, aneka makanan, motor, baju, sepatu, produk-produk kerajinan tangan dan lain-lain. Transaksi dapat dilakukan dengan kartu kredit maupun debit. Cuma ATM yang ada hanya untuk tiga Bank, yaitu BCA, BNI dan Bank DKI. Saya sarankan agar bawa uang dari rumah, sebab antrian cukup panjang di ATM, hal ini saya alami Sabtu kemarin.

Seperti tahun lalu, setelah capek berkeliling saya nikmati lezatnya santapan tradisional sambil melihat ramainya suasana sekitar. Jika tahun lalu sate senayan maka sekarang bebek goreng di stan soto "doks". Tak lupa juga membeli oleh-oleh untuk yang dirumah, yaitu se-tas enaco, sekotak bakpia 25, sekantong kripik belut, se-tas snack man dari chiki dan sebungkus nasi gorang pelita.

Saat capek dan senang melebur jadi satu, tidur malam begitu indah...

--= PRJ yang indah =--

(c) dps ~
Kemayoran
Jakarta, 25 Juni 2006 - 09:16

@ 020 : Kenangan

Kenangan, itulah kata yang diucapkan seseorang untuk menyebutkan sesuatu yang telah dilalui. Ibarat lukisan, kenangan ada yang indah dan juga sebaliknya hambar seperti goresan tanpa pola, kaku, dingin dan kosong.

Masa lalu yang pahit yang dilewati dengan senang kini ku sebut dengan bangga. Jelas tergambar perjuangan waktu itu yang tak kenal lelah, perjuangan demi hidup yang katanya harus lebih baik mematriku pada kaku di suatu waktu. Decakan kagum tanpa henti tak terasa keluar dari bibir otak begitu saja, spontan.

Berbangga pada diri sendiri tentu bukanlah suatu masalah bagi diri sendiri tersebut, sebab monolog lah yang terjadi. Himpitan yang keras telah memberiku energi yang begitu besar dalam hidup. Hal ini juga yang telah menempaku menjadi manusia yang kuat. Kemapanan bahkan sering melemahkanku, kini. Rapuh tanpa daya seperti Arjuna tanpa kayu, benar-benar tak berguna. Duh Gusti, ampuni jika hamba-Mu masih mengeluh.

Bagaimana dengan hidup anda, apakah banyak kenangan yang indah atau kah sebaliknya ?

Energi-energi diatas kini hadir lagi dalam diri. Apakah kekosongan dan kegamanganku selama ini yang telah membawanya kembali, hhmmm entahlah, yang jelas aku tak ingin rasa ini pergi.

Ya Allah, hamba-Mu yang hina dan sesat ini mendambakan sinar-Mu...

--= lukislah hidup dengan baik =--

(c) dps ~
- Palmerah -