Friday, October 15, 2004

@ 004 : Hasil dari Sebuah Perjuangan

9 Oktober 2004 jam 5 sore, dengan si legenda (motor kesayanganku) kutelusuri jalan ini menuju DEPOK, sebuah kota di selatan Djakarta. Jarak dari basecamp KSBD26 (tempat aku tinggal) ke Depok cukup jauh, jika ditempuh dengan bus kota bisa sampai 2 jam + macet.

Bagaimanapun caranya hari ini aku harus ada di sana, ya harus ada di sana untuk satu tujuan yaitu minta tanda tangan dari bapak dosen pembimbing Tugas Akhir. Sudah sering rasanya aku meremehkan dan menunda suatu pekerjaan. Bahkan disaat-saat genting pun kadang kebiasaan itu masih saja menghinggapi, kebiasaan kurang baik yang terpupuk dari kecil memang tidak mudah untuk dihilangkan, huuhhh????.

11 Oktober 2004 jam 3 sore, aku ke Tangerang. Ini adalah kali pertama aku masuk kota itu dengan motor. Perasaan bingung sempat menghinggapi, nekad adalah modalku saat itu selain nomer telepon kampus. Tanpa alamat dan tak tahu jalan kuberanikan diri meluncur kesana, toh aku bisa nanya, lihat rambu-rambu lalu lintas dan telepon pikirku. Tujuan masih sama dengan hari kemarin, mengejar dosen penguji untuk meminta tanda tangan.

Jalan panjang telah aku tempuh, sore itu kulihat sisi lain kota Djakarta. Pabrik-pabrik di kanan kiri jalan dan bentangan sawah membuat jiwaku terhanyut dalam lamun. Tekadku ke Tangerang sudah bulat, saat seperti ini hidup kurasakan begitu indah. Tekanan dan himpitan yang selama ini membutakanku terhempas begitu saja.

Memasuki kota Tangerang kembali rasa bingung menggelayuti, segera kucari wartel untuk menanyakan alamat kampus. Pulsa telepon genggamku tak mencukupi. Obrolanku dengan pelayanan pelanggan kampus berlangsung sedikit alot, hal ini disebabkan ketidakpahamanku dengan jalanan di kota ini. Setelah kurasakan cukup segera kulanjutkan perjalanan, menuju kampus tujuanku dari awal.

Cukup lama kutelusuri jalanan di Tangerang, akhirnya kutemukan juga kampus itu. Segera kucari dosen yang aku maksud, sedikit menuggu karena saat itu pak dosen lagi mengajar. Tanda tangan akhirnya kudapat, tak bisa lagi kutahan api kegembiraan yang berkobar spontan.

Kini semua telah selesai kujalani, rasa capek yang tumbuh dari perjuangan berkembang menjadi kegembiraan. Satu hal yang dari dulu aku pegang adalah lewati setiap proses dengan baik, sebaik mungkin kita bisa. Setiap proses yang baik akan berbuah manis meskipun itu pahit.

--= aku lulus =--

(c) dps

Monday, September 20, 2004

@ 003 : Sudah Lama

sudah lama aku tidak menulis
entah itu tentang cinta, politik dan sosial
pisau bisa berkarat dan tumpul bila tidak terasah
demikian juga dengan otak

rasanya sekarang aku sudah kehilangan emosional intelligence
yang begitu kental dulu aku bawa dari kampung
jakarta membuat aku berpacu
berpacu dengan rutinitas yang mematikan kreatifitas

huruf terangkai menjadi kata
kata menjadi kalimat terus paragraf dan akhirnya membentuk cerita
bila kita bisa memilih dan menyusun huruf tersebut
tentu akan menjadi sesuatu yang enak untuk dibaca

begitu juga dengan hidup
hidup tersusun dari masalah dan solusi yang disebut kejadian
hidup bukan kumpulan kejadian2 kebetulan yang terangkai begitu saja
bacalah, resapi dan ambil hikmahnya itu maknanya

hidup perlu uang
apalagi di kota sekecil jakarta ini
semuanya serba uang, uang dan uang
disadari atau tidak uang telah menciptakan jarak diantara kita

ada yang mencari uang dan akhirnya jadi budaknya
ada yang tidak mencari tapi uang jadi budaknya
ada yang uangnya sedikit tapi hatinya tenang
ada yang uangnya banyak tapi hatinya resah demikian sebaliknya dan seterusnya

jakarta...
kau benamkan mereka yang memujamu
kau angkat mereka yang gigih terhadap nurani kecilnya
jakarta di 17 desember 2003

--= abis ketemu Aa Gym di Hotel Santika =--

(c) dps

Monday, September 06, 2004

@ 002 : Hidup dalam Dosa

Kenapa rasa itu hilang ??? Dulu aku rasakan hidup ini sangat bersahabat, pelan dan tenang seperti gemiricik hujan pagi yang membasahi genting di rumahku Wlingi sebuah desa kecil di kaki gunung kelud mBlitar. Kehidupan yang sederhana, aktifitas yang tidak istimewa, keramahan senyum tetangga dan tingkah kaku preman kampung terbungkus cerita indah dan masih teringat di kepala.

Kini semuanya hilang, tertelan waktu dan kebodohanku. Makhluk yang kecil ini selalu saja berjalan ke kiri yang terlihat lurus padahal berbatu dan penuh liku. Jalan ke kanan sering aku abaikan, padahal kutahu jalan itu yang membuat ketenangan. Hidup yang selalu dan selalu berbuat dosa, tidak berikhtiar dengan benar, harta ada tapi serasa hampa, seperti orang tua dulu kata ternyata kini benar adanya.

Hmmmm, diri ini tak pernah lepas dari dosa, dosa dan dosa. Setelah itu menyesal tapi tetap saja kembali lagi. Sampai kapan akan seperti ini, selalu dan selalu mengulangi kesalahan yang sama, pantas jika disebut binatang (maaf agak kasar) karena hakekat manusia-Nya tidak seperti itu...

Dosa itu adalah candu, yang mengalir ke nadi menembus jantung, menyerang otak dan mamatikan hati. Syaraf rusak dan rasa terkoyak hingga sensitifitas ini hilang, hidup tapi serasa mati...

Ya, Allah penggenggam jiwa ini. Tancapkanlah nur-Mu ke dalam kalbuku sampai memancar keluar sinar terang-Mu, agar tak kurasa kegelapan seperti ini, Ya Rabbi ampunilah hamba-Mu yang sering lalai ini, tuntun dan masukkan lah ke dalam golongan orang2 yang Kau beri petunjuk, berkah dan hidayah, bukan ke dalam golongan orang2 yang Kau murkai dan Kau sesatkan...Amin

--= Hanya dengan mengingat Allah hati akan menjadi tenang =--

(c) dps

Thursday, April 22, 2004

@ 001 : Selamat Datang Pagi

saat kata enggan terucap
saat tak ada kawan berbagi
kepada siapa perasaan harus dilepas
sembunyi, tak selamanya kuat

catatan kadang menjadi gudang
untuk berekspresi dan mengapresiasi
semuanya tak lepas dari keakuanku
sebagai makhluk-Nya yang lemah

--= menulislah =--

(c) dps
Palmerah, Jakarta - 12/4/2004