Thursday, March 08, 2007

@ 034 : Thukul dan Empat Mata

Thukul adalah orang yang polos, lugu, tidak pinter, dari ndeso, dan berhasil dan sukses, dalam arti berlimpah materi. Konon untuk mengisi satu acara saja si Arwana ini berbandrol 30 juta. Dari sosoknya yang orisinil itulah acara yang dibawakannya di Trans 7 merakyat. Dari sini penonton merindukan tontonan yang membumi, polos, dan jujur.

Sosok Thukul yang pekerja keras, pernah jadi jongos, sopir dan berbagai profesi lain yang tipis duit kemudian sukses. Pendek kata untuk menempuh kesuksesan Thukul mau melewati jalan yang panjang dan terjal. Bukan dengan jalan pintas seperti membuat video porno, nikah sirih dengan konglomerat yang sudah beristri lalu saling tolak di media, dan berita sensasi lain yang memuakkan. Thukul adalah lambang kegigihan wong cilik yang sukses oleh karena itu dia dicintai.

Dulu, awal menonton acara tersebut aku tidak tertarik, presenternya tidak pinter, canggung, dan guyonannya kasar tidak mendidik mirip di pasar atau terminal. Tapi soponyono hal yang demikian malah disukai pemirsa. Acara empat mata Thukul tentu saja adalah antitesis dari acara talkshow sejenis yang ada. Dari sinilah teori out of the box terbukti benar.

Lama-kelamaan acara ini sudah mulai membosankan, ketika glontoran-glontoran uang mengalir deras lewat media iklannya, acara Thukul sudah berasa aneh. Misalnya saat obrolan lagi seru tiba-tiba muncul Pepi tokoh pendukung Thukul nawarin obat flu atau jasa telekomunikasi. Selain itu Thukul yang tadinya ndeso (sederhana, lugu, polos) mulai ditampilkan dan dicitrakan menjadi orang kota berduit, lihat gayanya waktu naik moge di bunderan HI. Pencitraan yang demikian adalah aneh.

Penonton kian cerdas. Aku setuju ketika dia (Thukul) tidak lagi bisa bermetamorfosa dan meninggalkan penontonnya (wong ndeso) maka kepopularitasannya tinggal menunggu waktu. Dari sini aku juga belajar bagaimana duit bisa membentuk seseorang. Ingat fenomena ratu ngebor dari Pasuruan yang pernah menggegerkan jagad dangdut.

(c) dPs ~
Palmerah- Jakarta, 2 Maret 2007 - 11:18

No comments: