Sunday, December 10, 2006

@ 028 : Lucu atau Menipu

Televisi tidak hanya barang elektronik tetapi juga merupakan media komunikasi informasi. Di belakang industri TV ada beberapa industri yang menyokongnya, mulai dari busana, boga, RP (Rumah Produksi), iklan, dan lain-lain. Sebagai media komunikasi TV memungkinkan digunakan untuk propaganda, menghegemoni, mereproduksi ketaatan, bahkan memproduksi candu buat masyarakat. Meski ada nilai baiknya, dari sudut ini jelas tujuan positif yang diemban seperti mencerdaskan misalnya, terasa jauh.

Ada orang berambut kribo sedang ngobrol sama temannya yang agak plontos. Si kribo memberitahu kepada si plontos kalau sepeda motor yang dipinjamnya hilang. Tak lama si plontos mendapat pesan singkat / sms setelah itu dia ketawa ngakak dan si kribo menyambutnya dengan muka bingung.

Begitulah kira-kira isi tayangan sebuah iklan jasa sms. Apa yang ingin disampaikan pihak peng-iklan itu benar-benar membuat tak habis pikir. Karena mendapat pesan singkat / sms "hepi" kehilangan sepeda motor pun seolah-olah dianggap wajar dan bukan suatu masalah besar, sangat tidak mendidik. Lucu atau menipukah?

Disinilah terjadi pendistorsian nilai-nilai yang sengaja dihembuskan untuk suatu tujuan yaitu laku. Proses pembodohan sedang berlangsung dan kita menyaksikannya secara sadar. Tiada yang salah sebab iklan adalah sesuatu yang bersifat membujuk. Tak aneh jika untuk membujuk tadi sesuatu harus dilebih-lebihkan memang. Tapi kalau membujuknya sudah seperti ini saya pikir sangat menggemaskan. Negara ini rindu orang yang cerdas dan mencerdaskan.

Ah sudahlah, mungkin enakan nonton acara jorok di tivi! Gampang, murah, gak perlu mikir, dan perlu. Jadi goblok? Ah, buat apa pinter-pinter? Ntar pusing plus aneh! Makanya tak heran kalau ada anekdot bahwa otak orang indonesia paling mahal, wong gak pernah dipakai mikir dan kalau dipakai-pun mungkin buat melamun.

(c) dps ~
Palmerah - Jakarta, 26 Mei 2006 - 16:47

No comments: